Tidak
pernah tersirat, saya dan teman-teman akan mendaki Gunung Sinabung dalam rangka
peringatan Sumpah Pemuda. Ini kali pertama kami mendaki Gunung Sinabung dan
tanpa senior (kakak-kakak Pramuka). Selama ini, kami ikut ajakan mereka yang
hendak ingin mendaki.
Saya dan teman-teman cukup akrab dengan guru olahraga saat di MAN. Pak Irwan, nama panggilan beliau. Tidak hanya sebagai guru, ia juga seorang wirausaha menjual segala perlengkapan penjelajahan alam bebas. Tokonya tidak jauh dari sekolah kami dan juga kampus UNIMED, yaitu di Jl. Willem Iskandar tepatnya
depan komplek MMTC. :D (Promosi pulak jadinya)
Ringkasnya, Pak Irwan mengajak kami untuk ikut kegiatan Pendakian Massal Gunung Sinabung yang diselenggarakan oleh salah satu komunitas pecinta alam di Kota Medan. Awalnya kami ragu untuk menerima ajakan itu, tapi kami sangat ingin kesana. Setelah mendaki Gunung Sibayak tahun 2010 bersama keluarga Pramuka MAN 2 Model Medan, kami sudah berencana akan mendaki G.Sinabung. Namun, tidak terealisasikan karena kondisi G.Sinabung yang meletus pada Agustus 2010 dan juga tidak ada waktu yang tepat karena kami akan mengikuti UN dan SNMPTN selain itu aktifitas Pramuka juga cukup banyak.
Saya dan teman-teman cukup akrab dengan guru olahraga saat di MAN. Pak Irwan, nama panggilan beliau. Tidak hanya sebagai guru, ia juga seorang wirausaha menjual segala perlengkapan penjelajahan alam bebas. Tokonya tidak jauh dari sekolah kami dan juga kampus UNIMED, yaitu di
Ringkasnya, Pak Irwan mengajak kami untuk ikut kegiatan Pendakian Massal Gunung Sinabung yang diselenggarakan oleh salah satu komunitas pecinta alam di Kota Medan. Awalnya kami ragu untuk menerima ajakan itu, tapi kami sangat ingin kesana. Setelah mendaki Gunung Sibayak tahun 2010 bersama keluarga Pramuka MAN 2 Model Medan, kami sudah berencana akan mendaki G.Sinabung. Namun, tidak terealisasikan karena kondisi G.Sinabung yang meletus pada Agustus 2010 dan juga tidak ada waktu yang tepat karena kami akan mengikuti UN dan SNMPTN selain itu aktifitas Pramuka juga cukup banyak.
Dengan
biaya administrasi/pendaftaran ikut kegiatan Rp.50.000/orang, kami ber-empat
(Putri, Lili, Siti dan Sri) akhirnya menambah daftar catatan perjalanan hidup
kami. (tua banget nih cakap.. hehehehe). Karena ini pertama kali kami mendaki
G.Sinabung, yang kami ketahui dari bisik-bisik tetangga bahwa medan yang akan
dihadapi tidak mudah, maka saya pun searching di internet tentang pendakian. Bukan
tidak tahu apa yang harus disiapkan tetapi ingin mawas diri saja. Karena, saat
kami ke G.Sibayak, perlengkapan yang kami bawa tidak terlalu banyak.
Pada 27
Oktober 2012, dengan segala perlengkapan yang sudah cukup komplit (thanks to
Lili.. yang share dan mengingatkan kami apa saja yang harus di bawa) kami
janjian pukul 11.00 WIB berkumpul langsung di Stasiun Bus Sutra dekat Spg.Pos
daerah Padang Bulan. Lili sudah disana menunggu bersama kakak sepupunya dan
pacar. Lagi-lagi Waktu Indonesia Bergeser (WIB).. Saya, Sri dan Siti
telat dan tiba sekitar pukul 12.00 di Stasiun. Kami pun menunggu sekitar setengah jam datangnya
bus yang kosong. Perjalanan pun dimulai.
Selama
kurang lebih 2 jam perjalanan, kami akhirnya turun di Pajak Berastagi (Bukan
Pasar Buah ya..) dan membayar ongkos Rp.10.000,- per orang. Lalu istirahat
sejenak dan melanjutkan perjalanan dengan naik angkot RIO (nama angkotnya) cukup
dengan ongkos Rp.6.000,- ke Danau Lau Kawar, tempat kemahnya para pendaki
G.Sinabung. Ketika di angkot, ada penumpang lain yang juga hendak kesana.
Perjalanan menuju kesana cukup buat mual perut, selain jalan yang berliku, kecepatan
supir angkot membawa mobil hampir setara pembalap F1. Untung nii perut bisa di
ajak kompromi, menguyah permen yang kusukai adalah pencegahnya. Tapi teman kami
Sri, tidak tahan dengan kondisi saat itu.
Tak terasa akhirnya kami sampai juga di Lau Kawar. Sebelum masuk, kami dikutip per orang Rp. 4.000,-. Kami pun takjub dengan suasana siang menjelang sore yang cukup sejuk, tak terlupakan langsung mencari lapak(tempat) untuk membangun tenda. Penyelenggara kegiatan telah berada disana, saya dan lili pun kesana menanyakan beberapa hal. Sebagai peserta kegiatan ini yang sudah membayar administrasi seharusnya sudah free dari segala pembayaran, kami pun kembali ke pintu masuk dan menjelaskan juga menagih uang kembali. (biasa.. wanita, 4rb rupiah pun sangat berharga) kemudian kami kembali, tiba-tiba ada yang memanggil kami. Kami bingung, karena kami tidak terlalu mengenal sosok tersebut. jangan-jangan..
Tak terasa akhirnya kami sampai juga di Lau Kawar. Sebelum masuk, kami dikutip per orang Rp. 4.000,-. Kami pun takjub dengan suasana siang menjelang sore yang cukup sejuk, tak terlupakan langsung mencari lapak(tempat) untuk membangun tenda. Penyelenggara kegiatan telah berada disana, saya dan lili pun kesana menanyakan beberapa hal. Sebagai peserta kegiatan ini yang sudah membayar administrasi seharusnya sudah free dari segala pembayaran, kami pun kembali ke pintu masuk dan menjelaskan juga menagih uang kembali. (biasa.. wanita, 4rb rupiah pun sangat berharga) kemudian kami kembali, tiba-tiba ada yang memanggil kami. Kami bingung, karena kami tidak terlalu mengenal sosok tersebut. jangan-jangan..